Senin, 23 Juni 2008

taaruf

Sabtu, 14 April 2007 - 03:12:47, Penulis : Al-Ustadz Abu Abdillah Muhammad Al-Makassari
Kategori : Problema Anda
Ta’aruf Syar’i, Solusi Pengganti Pacaran
[Print View] [kirim ke Teman]

Pertanyaan:
1. Apabila seorang muslim ingin menikah, bagaimana syariat mengatur cara mengenal seorang muslimah sementara pacaran terlarang dalam Islam?
2. Bagaimana hukum berkunjung ke rumah akhwat (wanita) yang hendak dinikahi dengan tujuan untuk saling mengenal karakter dan sifat masing-masing?
3. Bagaimana hukum seorang ikhwan (lelaki) mengungkapkan perasaannya (sayang atau cinta) kepada akhwat (wanita) calon istrinya?

Dijawab oleh Al-Ustadz Abu Abdillah Muhammad Al-Makassari:

بِسْمِ اللهِ، الْحَمْدُ للهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ

Benar sekali pernyataan anda bahwa pacaran adalah haram dalam Islam. Pacaran adalah budaya dan peradaban jahiliah yang dilestarikan oleh orang-orang kafir negeri Barat dan lainnya, kemudian diikuti oleh sebagian umat Islam (kecuali orang-orang yang dijaga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala), dengan dalih mengikuti perkembangan jaman dan sebagai cara untuk mencari dan memilih pasangan hidup. Syariat Islam yang agung ini datang dari Rabb semesta alam Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana, dengan tujuan untuk membimbing manusia meraih maslahat-maslahat kehidupan dan menjauhkan mereka dari mafsadah-mafsadah yang akan merusak dan menghancurkan kehidupan mereka sendiri.
Ikhtilath (campur baur antara lelaki dan wanita yang bukan mahram), pergaulan bebas, dan pacaran adalah fitnah (cobaan) dan mafsadah bagi umat manusia secara umum, dan umat Islam secara khusus, maka perkara tersebut tidak bisa ditolerir. Bukankah kehancuran Bani Israil –bangsa yang terlaknat– berawal dari fitnah (godaan) wanita? Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

لُعِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيْلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُوْنَ. كَانُوا لاَ يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوْهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُوْنَ

“Telah terlaknat orang-orang kafir dari kalangan Bani Israil melalui lisan Nabi Dawud dan Nabi ‘Isa bin Maryam. Hal itu dikarenakan mereka bermaksiat dan melampaui batas. Adalah mereka tidak saling melarang dari kemungkaran yang mereka lakukan. Sangatlah jelek apa yang mereka lakukan.” (Al-Ma`idah: 79-78)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ، وَإِنَّ اللهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيْهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُوْنَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ، فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيْلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ

“Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau (indah memesona), dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kalian sebagai khalifah (penghuni) di atasnya, kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala memerhatikan amalan kalian. Maka berhati-hatilah kalian terhadap dunia dan wanita, karena sesungguhnya awal fitnah (kehancuran) Bani Israil dari kaum wanita.” (HR. Muslim, dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memperingatkan umatnya untuk berhati-hati dari fitnah wanita, dengan sabda beliau:

مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلىَ الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

“Tidaklah aku meninggalkan fitnah sepeninggalku yang lebih berbahaya terhadap kaum lelaki dari fitnah (godaan) wanita.” (Muttafaqun ‘alaih, dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma)
Maka, pacaran berarti menjerumuskan diri dalam fitnah yang menghancurkan dan menghinakan, padahal semestinya setiap orang memelihara dan menjauhkan diri darinya. Hal itu karena dalam pacaran terdapat berbagai kemungkaran dan pelanggaran syariat sebagai berikut:
1. Ikhtilath, yaitu bercampur baur antara lelaki dan wanita yang bukan mahram. Padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjauhkan umatnya dari ikhtilath, sekalipun dalam pelaksanaan shalat. Kaum wanita yang hadir pada shalat berjamaah di Masjid Nabawi ditempatkan di bagian belakang masjid. Dan seusai shalat, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiam sejenak, tidak bergeser dari tempatnya agar kaum lelaki tetap di tempat dan tidak beranjak meninggalkan masjid, untuk memberi kesempatan jamaah wanita meninggalkan masjid terlebih dahulu sehingga tidak berpapasan dengan jamaah lelaki. Hal ini ditunjukkan oleh hadits Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha dalam Shahih Al-Bukhari. Begitu pula pada hari Ied, kaum wanita disunnahkan untuk keluar ke mushalla (tanah lapang) menghadiri shalat Ied, namun mereka ditempatkan di mushalla bagian belakang, jauh dari shaf kaum lelaki. Sehingga ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam usai menyampaikan khutbah, beliau perlu mendatangi shaf mereka untuk memberikan khutbah khusus karena mereka tidak mendengar khutbah tersebut. Hal ini ditunjukkan oleh hadits Jabir radhiyallahu ‘anhu dalam Shahih Muslim.
Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

خَيْرُ صُفُوْفِ الرِّجَالِ أَوَّلُهَا وَشَرُّهَا آخِرِهَا، وَخَيْرُ صُفُوْفِ النِّسَاءِ آخِرُهَا وَشَرُّهَا أَوَّلُهَا

“Sebaik-baik shaf lelaki adalah shaf terdepan dan sejelek-jeleknya adalah shaf terakhir. Dan sebaik-baik shaf wanita adalah shaf terakhir, dan sejelek-jeleknya adalah shaf terdepan.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berkata: “Hal itu dikarenakan dekatnya shaf terdepan wanita dari shaf terakhir lelaki sehingga merupakan shaf terjelek, dan jauhnya shaf terakhir wanita dari shaf terdepan lelaki sehingga merupakan shaf terbaik. Apabila pada ibadah shalat yang disyariatkan secara berjamaah, maka bagaimana kiranya jika di luar ibadah? Kita mengetahui bersama, dalam keadaan dan suasana ibadah tentunya seseorang lebih jauh dari perkara-perkara yang berhubungan dengan syahwat. Maka bagaimana sekiranya ikhtilath itu terjadi di luar ibadah? Sedangkan setan bergerak dalam tubuh Bani Adam begitu cepatnya mengikuti peredaran darah . Bukankah sangat ditakutkan terjadinya fitnah dan kerusakan besar karenanya?” (Lihat Fatawa An-Nazhar wal Khalwah wal Ikhtilath, hal. 45)
Subhanallah. Padahal wanita para shahabat keluar menghadiri shalat dalam keadaan berhijab syar’i dengan menutup seluruh tubuhnya –karena seluruh tubuh wanita adalah aurat– sesuai perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat Al-Ahzab ayat 59 dan An-Nur ayat 31, tanpa melakukan tabarruj karena Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang mereka melakukan hal itu dalam surat Al-Ahzab ayat 33, juga tanpa memakai wewangian berdasarkan larangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Abu Hurairah yang diriwayatkan Ahmad, Abu Dawud, dan yang lainnya :

وَلْيَخْرُجْنَ وَهُنَّ تَفِلاَتٌ

“Hendaklah mereka keluar tanpa memakai wewangian.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga melarang siapa saja dari mereka yang berbau harum karena terkena bakhur untuk untuk hadir shalat berjamaah sebagaimana dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 53:

وَإِذَا سَأَلْتُمُوْهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوْهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوْبِكُمْ وَقُلُوْبِهِنَّ

“Dan jika kalian (para shahabat) meminta suatu hajat (kebutuhan) kepada mereka (istri-istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) maka mintalah dari balik hijab. Hal itu lebih bersih (suci) bagi kalbu kalian dan kalbu mereka.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan mereka berinteraksi sesuai tuntutan hajat dari balik hijab dan tidak boleh masuk menemui mereka secara langsung. Asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahullah berkata: “Maka tidak dibenarkan seseorang mengatakan bahwa lebih bersih dan lebih suci bagi para shahabat dan istri-istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan bagi generasi-generasi setelahnya tidaklah demikian. Tidak diragukan lagi bahwa generasi-generasi setelah shahabat justru lebih butuh terhadap hijab dibandingkan para shahabat, karena perbedaan yang sangat jauh antara mereka dalam hal kekuatan iman dan ilmu. Juga karena persaksian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap para shahabat, baik lelaki maupun wanita, termasuk istri-istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri bahwa mereka adalah generasi terbaik setelah para nabi dan rasul, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim. Demikian pula, dalil-dalil Al-Qur`an dan As-Sunnah menunjukkan berlakunya suatu hukum secara umum meliputi seluruh umat dan tidak boleh mengkhususkannya untuk pihak tertentu saja tanpa dalil.” (Lihat Fatawa An-Nazhar, hal. 11-10)
Pada saat yang sama, ikhtilath itu sendiri menjadi sebab yang menjerumuskan mereka untuk berpacaran, sebagaimana fakta yang kita saksikan berupa akibat ikhtilath yang terjadi di sekolah, instansi-instansi pemerintah dan swasta, atau tempat-tempat yang lainnya. Wa ilallahil musytaka (Dan hanya kepada Allah kita mengadu)
2. Khalwat, yaitu berduaannya lelaki dan wanita tanpa mahram. Padahal Rasululllah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِيَّاكُمْ وَالدُّخُوْلَ عَلىَ النِّسَاءِ. فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ اْلأَنْصَارِ: أَفَرَأَيْتَ الْحَمْوَ؟ قَالَ: الْحَمْوُ الْمَوْتُ

“Hati-hatilah kalian dari masuk menemui wanita.” Seorang lelaki dari kalangan Anshar berkata: “Bagaimana pendapatmu dengan kerabat suami? ” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Mereka adalah kebinasaan.” (Muttafaq ‘alaih, dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

لاَ يَخْلُوَنَّ أَحَدُكُمْ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ مَعَ ذِي مَحْرَمٍ

“Jangan sekali-kali salah seorang kalian berkhalwat dengan wanita, kecuali bersama mahram.” (Muttafaq ‘alaih, dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma)
Hal itu karena tidaklah terjadi khalwat kecuali setan bersama keduanya sebagai pihak ketiga, sebagaimana dalam hadits Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلاَ يَخْلُوَنَّ بِامْرَأَةٍ لَيْسَ مَعَهَا ذُوْ مَحْرَمٍ مِنْهَا فَإِنَّ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka jangan sekali-kali dia berkhalwat dengan seorang wanita tanpa disertai mahramnya, karena setan akan menyertai keduanya.” (HR. Ahmad)
3. Berbagai bentuk perzinaan anggota tubuh yang disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

كُتِبَ عَلىَ ابْنِ آدَمَ نَصِيْبُهُ مِنَ الزِّنَا مُدْرِكٌ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ: الْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ، وَاْلأُذُنَانِ زِنَاهُمَا اْلاِسْتِمَاعُ، وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلاَمُ، وَالْيَدُ زِنَاهُ الْبَطْشُ، وَالرِّجْلُ زِنَاهُ الْخُطَا، وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى، وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ أَوْ يُكَذِّبُهُ

“Telah ditulis bagi setiap Bani Adam bagiannya dari zina, pasti dia akan melakukannya, kedua mata zinanya adalah memandang, kedua telinga zinanya adalah mendengar, lidah(lisan) zinanya adalah berbicara, tangan zinanya adalah memegang, kaki zinanya adalah melangkah, sementara kalbu berkeinginan dan berangan-angan, maka kemaluan lah yang membenarkan atau mendustakan.”
Hadits ini menunjukkan bahwa memandang wanita yang tidak halal untuk dipandang meskipun tanpa syahwat adalah zina mata . Mendengar ucapan wanita (selain istri) dalam bentuk menikmati adalah zina telinga. Berbicara dengan wanita (selain istrinya) dalam bentuk menikmati atau menggoda dan merayunya adalah zina lisan. Menyentuh wanita yang tidak dihalalkan untuk disentuh baik dengan memegang atau yang lainnya adalah zina tangan. Mengayunkan langkah menuju wanita yang menarik hatinya atau menuju tempat perzinaan adalah zina kaki. Sementara kalbu berkeinginan dan mengangan-angankan wanita yang memikatnya, maka itulah zina kalbu. Kemudian boleh jadi kemaluannya mengikuti dengan melakukan perzinaan yang berarti kemaluannya telah membenarkan; atau dia selamat dari zina kemaluan yang berarti kemaluannya telah mendustakan. (Lihat Syarh Riyadhis Shalihin karya Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, pada syarah hadits no. 16 22)
Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلاَ تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيْلاً

“Dan janganlah kalian mendekati perbuatan zina, sesungguhnya itu adalah perbuatan nista dan sejelek-jelek jalan.” (Al-Isra`: 32)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

لأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ أَحَدِكُمْ بِمِخْيَطٍ مِنْ حِدِيْدٍ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لاَ تَحِلُّ لَهُ

“Demi Allah, sungguh jika kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan jarum dari besi, maka itu lebih baik dari menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Ath-Thabarani dan Al-Baihaqi dari Ma’qil bin Yasar radhiyallahu ‘anhu, dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 226)
Meskipun sentuhan itu hanya sebatas berjabat tangan maka tetap tidak boleh. Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:

وَلاَ وَاللهِ مَا مَسَّتْ يَدُ رَسُوْلِ اللهِ يَدَ امْرَأَةٍ قَطُّ غَيْرَ أَنَّهُ يُبَايِعُهُنَّ بِالْكَلاَمِ

“Tidak. Demi Allah, tidak pernah sama sekali tangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyentuh tangan wanita (selain mahramnya), melainkan beliau membai’at mereka dengan ucapan (tanpa jabat tangan).” (HR. Muslim)
Demikian pula dengan pandangan, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman dalam surat An-Nur ayat 31-30:

قُلْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوْجَهُمْ – إِلَى قَوْلِهِ تَعَلَى – وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوْجَهُنَّ ...

“Katakan (wahai Nabi) kepada kaum mukminin, hendaklah mereka menjaga pandangan serta kemaluan mereka (dari halhal yang diharamkan) –hingga firman-Nya- Dan katakan pula kepada kaum mukminat, hendaklah mereka menjaga pandangan serta kemaluan mereka (dari hal-hal yang diharamkan)….”
Dalam Shahih Muslim dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata:

سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ نَظْرِ الْفَجْأَةِ؟ فَقَالَ: اصْرِفْ بَصَرَكَ

“Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pandangan yang tiba-tiba (tanpa sengaja)? Maka beliau bersabda: ‘Palingkan pandanganmu’.”
Adapun suara dan ucapan wanita, pada asalnya bukanlah aurat yang terlarang. Namun tidak boleh bagi seorang wanita bersuara dan berbicara lebih dari tuntutan hajat (kebutuhan), dan tidak boleh melembutkan suara. Demikian juga dengan isi pembicaraan, tidak boleh berupa perkara-perkara yang membangkitkan syahwat dan mengundang fitnah. Karena bila demikian maka suara dan ucapannya menjadi aurat dan fitnah yang terlarang. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَلاَ تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلاً مَعْرُوْفًا

“Maka janganlah kalian (para istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) berbicara dengan suara yang lembut, sehingga lelaki yang memiliki penyakit dalam kalbunya menjadi tergoda dan ucapkanlah perkataan yang ma’ruf (baik).” (Al-Ahzab: 32)
Adalah para wanita datang menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan di sekitar beliau hadir para shahabatnya, lalu wanita itu berbicara kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan kepentingannya dan para shahabat ikut mendengarkan. Tapi mereka tidak berbicara lebih dari tuntutan hajat dan tanpa melembutkan suara.
Dengan demikian jelaslah bahwa pacaran bukanlah alternatif yang ditolerir dalam Islam untuk mencari dan memilih pasangan hidup. Menjadi jelas pula bahwa tidak boleh mengungkapkan perasaan sayang atau cinta kepada calon istri selama belum resmi menjadi istri. Baik ungkapan itu secara langsung atau lewat telepon, ataupun melalui surat. Karena saling mengungkapkan perasaan cinta dan sayang adalah hubungan asmara yang mengandung makna pacaran yang akan menyeret ke dalam fitnah. Demikian pula halnya berkunjung ke rumah calon istri atau wanita yang ingin dilamar dan bergaul dengannya dalam rangka saling mengenal karakter dan sifat masing-masing, karena perbuatan seperti ini juga mengandung makna pacaran yang akan menyeret ke dalam fitnah. Wallahul musta’an (Allah-lah tempat meminta pertolongan).
Adapun cara yang ditunjukkan oleh syariat untuk mengenal wanita yang hendak dilamar adalah dengan mencari keterangan tentang yang bersangkutan melalui seseorang yang mengenalnya, baik tentang biografi (riwayat hidup), karakter, sifat, atau hal lainnya yang dibutuhkan untuk diketahui demi maslahat pernikahan. Bisa pula dengan cara meminta keterangan kepada wanita itu sendiri melalui perantaraan seseorang seperti istri teman atau yang lainnya. Dan pihak yang dimintai keterangan berkewajiban untuk menjawab seobyektif mungkin, meskipun harus membuka aib wanita tersebut karena ini bukan termasuk dalam kategori ghibah yang tercela. Hal ini termasuk dari enam perkara yang dikecualikan dari ghibah, meskipun menyebutkan aib seseorang. Demikian pula sebaliknya dengan pihak wanita yang berkepentingan untuk mengenal lelaki yang berhasrat untuk meminangnya, dapat menempuh cara yang sama.
Dalil yang menunjukkan hal ini adalah hadits Fathimah bintu Qais ketika dilamar oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan Abu Jahm, lalu dia minta nasehat kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka beliau bersabda:

أَمَّا أَبُو جَهْمٍ فَلاَ يَضَعُ عَصَاهُ عَنْ عَاتِقِهِ، وَأَمَّا مُعَاوِيَةُ فَصُعْلُوْكٌ لاَ مَالَ لَهُ، انْكِحِي أُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ

“Adapun Abu Jahm, maka dia adalah lelaki yang tidak pernah meletakkan tongkatnya dari pundaknya . Adapun Mu’awiyah, dia adalah lelaki miskin yang tidak memiliki harta. Menikahlah dengan Usamah bin Zaid.” (HR. Muslim)
Para ulama juga menyatakan bolehnya berbicara secara langsung dengan calon istri yang dilamar sesuai dengan tuntunan hajat dan maslahat. Akan tetapi tentunya tanpa khalwat dan dari balik hijab. Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin dalam Asy-Syarhul Mumti’ (130-129/5 cetakan Darul Atsar) berkata: “Bolehnya berbicara dengan calon istri yang dilamar wajib dibatasi dengan syarat tidak membangkitkan syahwat atau tanpa disertai dengan menikmati percakapan tersebut. Jika hal itu terjadi maka hukumnya haram, karena setiap orang wajib menghindar dan menjauh dari fitnah.”
Perkara ini diistilahkan dengan ta’aruf. Adapun terkait dengan hal-hal yang lebih spesifik yaitu organ tubuh, maka cara yang diajarkan adalah dengan melakukan nazhor, yaitu melihat wanita yang hendak dilamar. Nazhor memiliki aturan-aturan dan persyaratan-persyaratan yang membutuhkan pembahasan khusus .
Wallahu a’lam.

Sabtu, 17 November 2007

ciri-ciri wanita solehah

CIRI-CIRI WANITA SOLEHAH

Tidak banyak syarat yang dikenakan oleh Islam untuk seseorang wanita untuk menerima gelar solehah, dan seterusnya menerima pahala syurga yang penuh kenikmatan dari Allah s.w.t.

Mereka hanya perlu memenuhi 2 syarat saja yaitu:
1. Taat kepada Allah dan RasulNya
2. Taat kepada suami

Perincian dari dua syarat di atas adalah sebagai berikut:

1. Taat kepada Allah dan RasulNya

Bagaimana yang dikatakan taat kepada Allah s.w.t. ?
- Mencintai Allah s.w.t. dan Rasulullah s.a.w. melebihi dari segala-galanya.
- Wajib menutup aurat
- Tidak berhias dan berperangai seperti wanita jahiliah
- Tidak bermusafir atau bersama dengan lelaki dewasa kecuali ada bersamanya
- Sering membantu lelaki dalam perkara kebenaran, kebajikan dan taqwa
- Berbuat baik kepada ibu & bapa
- Sentiasa bersedekah baik dalam keadaan susah ataupun senang
- Tidak berkhalwat dengan lelaki dewasa
- Bersikap baik terhadap tetangga

2. Taat kepada suami
- Memelihara kewajipan terhadap suami
- Sentiasa menyenangkan suami
- Menjaga kehormatan diri dan harta suaminya selama suami tiada di rumah.
- Tidak cemberut di hadapan suami.
- Tidak menolak ajakan suami untuk tidur
- Tidak keluar tanpa izin suami.
- Tidak meninggikan suara melebihi suara suami
- Tidak membantah suaminya dalam kebenaran
- Tidak menerima tamu yang dibenci suaminya.
- Sentiasa memelihara diri, kebersihan fisik & kecantikannya serta rumah tangga


FAKTOR YANG MERENDAHKAN MARTABAT WANITA
---------------------------------------

Sebenarnya puncak rendahnya martabat wanita adalah datang dari faktor dalam. Bukanlah faktor luar atau yang berbentuk material sebagaimana yang digembar-gemborkan oleh para pejuang hak-hak palsu wanita.

Faktor-faktor tersebut ialah:

1) Lupa mengingat Allah

Kerana terlalu sibuk dengan tugas dan kegiatan luar atau memelihara anak-anak, maka tidak heran jika banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya telah lalai dari mengingat Allah. Dan saat kelalaian ini pada hakikatnya merupakan saat yang paling berbahaya bagi diri mereka, di mana syetan akan mengarahkan hawa nafsu agar memainkan peranannya.

Firman Allah s.w.t. di dalam surah al-Jathiah, ayat 23: artinya:

" Maka sudahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmunya. Dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya."

Sabda Rasulullah s.a.w.: artinya:
"Tidak sempurna iman seseorang dari kamu, sehingga dia merasa cenderung kepada apa yang telah aku sampaikan." (Riwayat Tarmizi)

Mengingati Allah s.w.t. bukan saja dengan berzikir, tetapi termasuklah menghadiri majlis-majlis ilmu.

2) Mudah tertipu dengan keindahan dunia

Keindahan dunia dan kemewahannya memang banyak menjebak wanita ke perangkapnya. Bukan itu saja, malahan syetan dengan mudah memperalatkannya untuk menarik kaum lelaki agar sama-sama bergelimang dengan dosa dan noda.
Tidak sedikit yang sanggup durhaka kepada Allah s.w.t. hanya kerana kenikmatan dunia yang terlalu sedikit.

Firman Allah s.w.t. di dalam surah al-An'am: artinya:

" Dan tidaklah penghidupan dunia ini melainkan permainan dan kelalaian dan sesungguhnya negeri akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, oleh karena itu tidakkah kamu berfikir."

3) Mudah terpedaya dengan syahwat
4) Lemah iman
5) Bersikap suka menunjuk-nunjuk.


Ad-dunya mata' , khoirul mata' al mar'atus sholich
Dunia adalah perhiasan, perhiasan dunia yang baik adalah Wanita sholihah.

aliran sesat

Aliran Al Qiyadah JELAS SESAT!

Masuk Kategori: HOT NEWS

Belakangan ini muncul aliran sesat baru, yakni aliran Al Qiyadah Al Islamiyah. Aliran (Islam) sesat ini dinilai melenceng dari Islam karena beberapa hal:
1. Adanya pengakuan si ‘pendiri’ aliran, bahwa dirinya adalah Nabi dan Rasul.
2. Tidak mengakui Rasululloh SAW sebagai Nabi dan Rasul terakhir (dalam syahadat mereka, tidak mengikutsertakan nama Rasululloh SAW).
3. Tidak perlu menjalankan rukun Islam
4. Tidak perlu sholat 5 waktu

MUI sendiri telah menyatakan bahwa aliran ini sesat serta sudah meminta pihak kepolisian menindak tegas aliran ini. Anehnya, pihak kepolisian nampak lambat menangani kasus ini, terbukti dengan digelarnya kegiatan aliran sesat ini di sebuah hotel di kawasan Jakarta Pusat.

Meski dinilai lambat, pihak kepolisian tetap menjalankan tugasnya. Mereka menangkap beberapa pengikut aliran ini yang sedang menyebarkan aliran ini ke masyarakat sekitar. Dalam pengakuannya, mereka menyatakan bahwa aliran ini adalah Islam yg sesungguhnya. Bahkan mereka menyatakan bahwa mereka sholat hanya sesuai sholatnya Rasululloh SAW yakni qiyamul lail. *aneh sekali, mereka tidak mendirikan sholat wajib, melainkan lebih memilih qiyamul lail yg hukumnya sunnah*

Dari beberapa berita, terutama yg aku lihat di televisi, beberapa ulama yg dimintai pendapatnya menyatakan bahwa mereka sudah jelas MURTAD alias keluar dari Islam. Para ulama bahkan ada yg lebih ekstrim lagi, mereka menyatakan agar aliran itu membuat agama baru, tidak mendompleng Islam. Hal ini dikarenakan Islam sudah jelas aturannya.

Aku sendiri sempat melihat bai’at dan pembacaan syahadat aliran ini. Benar2 aneh dan tidak masuk akal…terlebih lagi saat mendengar wawancara dengan pendiri aliran ini. Dia menyatakan bahwa tindakannya ini (menyatakan diri sebagai nabi dan menyebarkan aliran ini) didasarkan pada peristiwa MIMPI sebanyak 6 kali yang dialaminya. *wah, gawat sekali jika mimpi ‘manusia biasa’ dijadikan acuan. bagaimana jika ada yg mimpi jadi presiden indonesia lalu dia ‘ngotot’ jadi presiden?*

Dalam tayangan tersebut, aku melihat para pengikut aliran ini MEMPUNYAI KESAN orang2 yg pintar. Tapi mengapa mereka memilih aliran sesat ini? Jawabannya, menurutku, adalah mereka merasa ‘terbelenggu’ dengan aturan dan kewajiban yg mesti mereka lakukan di Islam. Sebagai contoh, mereka tidak mau sholat 5 waktu tapi lebih memilih qiyamul lail. Dengan kata lain, mereka memilih hawa nafsu mereka dan tidak mau ‘bercape-cape’ dalam menjalankan syariat.

‘Hebatnya’, mereka malah berani menyuruh MUI dan umat Islam lain untuk bertobat dan ikut aliran ini!! Wah wah wah…makin kacau saja orang2 ini.

Jumat, 14 September 2007

Ramadhan

Kata Ramadhan berasal dari bahasa Arab = Ramadhan, jamaknya Ramadhaanaat atau armidaa’, merupakan bulan ke-9 dari tahun Hijriah. Dari pengertian bahasanya, arti Ramadhan = panas, yg diberikan oleh orang2 Arab karena pada bulan 9, padang pasir terasa sangat panas oleh terik matahari. Hal ini sesuai dengan kebiasaan orang Arab yg memindahkan suatu istilah dari bahasa asing ke bahasa mereka yg sesuai dengan keadaan yg terjadi pada masa tersebut.

Dalam Islam, bulan Ramadhan mempunyai makna yg istimewa dan kedudukan yg mulia karena banyak terjadi peristiwa penting:
1. Diturunkannya al Qur’an (Nuzulul Qur’an)
2. Satu-satunya nama bulan yg terdapat di Qur’an (al Baqarah(2):185)
3. Kemenangan besar yg diperoleh Rasululloh SAW bersama kaum muslimin dalam perang Badr
4. Fath Makkah, yakni penaklukan Mekkah
5. Terdapat 1 malam yg lebih baik dari 1000 bulan (+/- 83tahun), (al Qard(97):3)
6. Diwajibkannya berpuasa (Al Baqarah(2):183)
7. Diangkatnya Muhammad menjadi Rasululloh SAW
8. Dilimpahkannya pahala yg sangat tinggi oleh ALLOH SWT terhadap orang yg beramal saleh + beribadah pada bulan ini
9. Dibukanya pintu surga dan ditutupnya pintu neraka (meskipun dalam arti kiasan)
10. Menjadi kafarat terhadap dosa-dosa hingga Ramadhan berikutnya, sepanjang sholat fardhu dari satu Jum’at ke Jum’at berikutnya
11. Orang yg berpuasa dengan ikhlas + penghayatan yg mendalam di bulan Ramadhan akan diberikan ampunan atas segala dosanya

Bulan Ramadhan mempunyai nama lain
1. Syahr ALLOH (bulan ALLOH), karena ALLOH SWT akan memberikan pahala yg besar bagi orang yg melakukan kebaikan di dalamnya. Ibadah puasa langsung diberi pahala oleh ALLOH SWT sendiri.
2. Syahr Ala-i (bulan penuh nikamt dan limpahan rahmat) karena pada bulan Ramadhan
3. Syahr Qur’an (bulan diturunkannya Qur’an)
4. Syahr an-Najaah (bulan pelepasan diri dari neraka)
5. Syahr a-Juud (bulan kedermawanan) karena pada bulan Ramadhan dianjurkan lebih banyak memberi bantuan terutama kepada fakir miskin
6. Syahr al-Muwaasah (bulan memberikan pertolongan kepada orang yg berhajat/punya hajat)
7. Syahr at-Tilaawah (bulan membaca al Qur’an)
8. Syahr as-Sabri (bulan latihan bersabar atas penderitaan dengan rela hati)
9. Syahr ar-Rahmah (bulan tempat ALLOH SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada hamba2-Nya)
10. Syahr as-Shiyaam (bulan puasa, karena setiap muslim WAJIB melaksanakannya KECUALI yg berhalangan sesuai dengan syar’i)
11. Syahr al-’Ied (bulan yg akhirnya disambut dg hari Raya ‘Ied)
ALLOH SWT memberikan nikmat dan karunia yg berlipat ganda

Well, Ramadhan insya ALLOH akan datang sekitar 10 hari lagi, insya ALLOH aku akan memberikan tips berpuasa ala Rasululloh SAW, agar ibadah puasa yg kita lakukan nanti diterima ALLOH SWT karena sudah sesuai dg contoh:)

Selasa, 14 Agustus 2007

ciri-ciri umat nabi muhammad

CIRI-CIRI UMAT NABI MUHAMMAD SAW


Oleh :


Heru Mudiyanto

Assalamualaikum wr.wb.

Pembaca yang budiman,di artikel ini saya bermaksud menyampaikan sebuah nadom alias pantun yang berisikan pesan Agama Islam.Namun sebelumnya saya tidak bermaksud untuk menggurui (hanya bermaksud menyampaikan gitu) dan saya mohon maaf apabila nadom tersebut dalam bahasa Jawa (soalnya nadom yang ori berasal dari Panguragan,Cirebon. so bahasanya bahasa Cirebon).

Oke to the point saja, berikut adalah nadom tentang ciri-ciri umat Nabi Muhammad SAW.

Umat kanjeng nabi larang regane,umat kanjeng nabi larang regane

Umat kanjeng nabi syahadat loro pawitane, umat kanjeng nabi syahadat loro pawitane

“umat nabi Muhammad mahal harganya,umat nabi muhammad mahal harganya”

“umat nabi muhammad dua syahadat pertamanya, umat nabi muhammad dua syahadat pertamanya”

Dari nadom di atas dijelasin kalo umat Nabi Muhammad SAW itu mahal harganya (ndak percaya?,ayo kita buktiin).Mungkin pembaca pernah denger ada seseorang yang ibadahnya kepada AllAH itu sampe abis-abisan(sebut saja namanya si Fulan). Kerjaannya tiap hari beribadah sama AllAH. Si Fulan ini hanya makan dari tumbuhan yang tumbuh di dekat tempat peribadatannya.Trus kalo ndak salah hal itu dilakuin sampe 100 tahun lebih(kebayang ndak tuh). Dan suatu hari dia nanya sama AllAH ,”Ya AllAH adakah orang yang ibadahnya melebihi aku Ya AllAH “. AllAH menjawab kalo ada orang yang ibadahnya melebihi Si Fulan.”apa yang diperbuat oleh orang itu Ya AllAH dan berapa lama ia melakukannya Ya AllAH”,tanya Si Fulan lagi. AllAH menjawab kalo orang itu hanya shalat di malam hari,Si Fulanpun bertanya kembali pada AllAH “Siapakah dia Ya AllAH?”. AllAHpun menjawab kalo orang itu adalah umat dari Nabi Muhammad SAW.(tuh,sudah percaya kan?).

Mungkin sudah kebayangkan kalo umat Nabi Muhammad itu mahal harganya,buktinya ibadahnya Si Fulan yang saat itu belum termasuk umat Nabi Muhammad (coz Nabi belum lahir)yang abis-abisan sampe 100 tahun lebih itu setara dengan ibadahnya umat Nabi Muhammad SAW yang hanya Shalat di waktu malam hari.Oleh karena itu supaya pembaca tahu apakah pembaca ini umat Nabi Muhammad / bukan,di bawah ini adalah ciri-ciri dari umat Nabi Muhammad (cocokin deh sama pribadi pembaca apakah sudah termasuk apa belum).

Dari nadom diatas disebutkan kalo ciri umat Nabi Muhammad Yang Pertama “Syahadat loro pawitane” alias dua kalimat syahadat pertamanya.Mungkin pembaca sudah sering mendengar dari pak Kiai kalo dua kalimat syahadat itu adalah fondasi Islam kita. Apabila fondasinya tidak kuat maka bangunan Islam kita akan runtuh (dan itu bener lo!).Saya yakin pembaca (Agama Islam Khususnya) pasti sudah pernah membaca kalimat syahadat ini, namun coba deh mulai dari sekarang kita renungkan maknanya dan menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari. (Jangan lupa ya,Direnungin).


Umat kanjeng nabi larang regane,umat kanjeng nabi larang regane

Umat kanjeng nabi eling AllAH ning atine, umat kanjeng nabi eling AllAH ning atine

“umat nabi Muhammad mahal harganya,umat nabi muhammad mahal harganya”

“umat nabi muhammad ingat AllAH di hatinya, umat nabi muhammad ingat AllAH di hatinya”

Nah nadom yang kedua ini berisi kalo umat nabi Muhammad itu selalu”eling AllAH ning atine”,alias “selalu inget pada AllAH di hatinya”. Mungkin kita sering melakukan sesuatu yang menyimpang dari agama Islam karena di hati kita masing-masing tidak inget kepada AllAH SWT(hayo ngaku ndak?).Kalau dalam bahasa kerennya inget sama AllAH itu adalah Dzikir kepada AllAH. Nah yang namanya Dzikir kepada AllAH itu bukan hanya mengucapkan kalimat asma AllAH seperti Subhanallah,laa Ilaaha Illallaah,Allahu Akbar,n soon-soonnya tetapi juga selalu melaksanakan perintahnya dan meninggalkan larangannya.

Sekarang pembaca sudah tau dzikir itu apa,tapi apakah pembaca ingin tau pahala apa yang kita dapat jika kita berdzikir kepada allah? Bilang iya gitu! (iya deh!).Dalam hadis yang diriwayatkan oleh HR.Ahmad,Tirmidzi,dan Ibnu Majah yang artinya:

“Maukah kalian aku kabarkan tentang amal kalian yang terbaik dan yang paling suci menurut Rabb kalian, yang lebih tinggi kedudukannya bagi kalian, amal itu lebih baik dari menginfakkan emas dan perak, lebih baik dari bertemu musuh kalian,sehingga kalian menebas batang leher mereka atau mereka menebas batang leher kalian?”Para sahabat menjawab,”Tentu mau wahai Rasulullah” Beliau bersabda,”Yaitu Dzikir kepada AllAH”(HR.Ahmad,Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

Diterangin kalo pahala berdzikir pada AllAH itu banayak pahalanya,bahkan pahalanya lebih tinggi daripada kita sedekahkan emas/perak trus lebih tinggi pahalanya daripada mati sahid(“mereka menebas batang leher kalian”). Makanya mulai dari sekarang jangan lupa ya untuk selalu inget sama AllAH baik di jalan, di Sekolah or any where pokoknya harus inget sama AllAH ,oke . (janji ya !, jangan lupa lo !)



Umat kanjeng nabi larang regane,umat kanjeng nabi larang regane

Umat kanjeng nabi duha tahajud kelakuane, umat kanjeng nabi duha tahajud kelakuane

“umat nabi Muhammad mahal harganya,umat nabi muhammad mahal harganya”

“umat nabi muhammad duha, tahajud kelakuannya, umat nabi muhammad duha, tahajud kelakuannya”

Di nadom yang ketiga ini ciri-ciri umat Nabi Muhammad SAW yang ketiga yaitu adalah “Duha tahajud kelakuannya”. Maksudnya umat Nabi Muhammad itu biasa melakukan shalat duha dan shalat tahajud (Shalat Sunah).Dan hal itu menjadi suatu kebiasaan (kelakuan) yang dilakukan oleh umat nabi Muhammad. Dalam hal ini shalat duha dan shalat tahajud hanyalah simbol dari sunah nabi jadi ciri-ciri umat nabi yang ketiga adalah melaksanakan sunah nabi (apa-apa yang diperintahkan oleh Nabi Muhammad).

Tapi ada suatu masalah di sini (apaan tuh?).Jangan sampai pembaca selalu mengerjakan sunah nabi tetapi meninggalkan kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh pembaca yaitu shalat lima waktu. So kalo pembaca sudah bisa ngerjain sunah-sunah nabi Shalat lima waktunya jangan ditinggalin ya karena kita diciptakan ke dunia ini adalah tidak lain untuk beribadah kepada AllAH seperti yang telah disampaikan dalam QS Adz Dzaariyaat ayat 56 yang artinya :

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”

Jadi jangan lupa untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban pembaca (inget-inget ya).


Umat kanjeng nabi larang regane,umat kanjeng nabi larang regane

Umat kanjeng nabi kurban tunggangane, umat kanjeng nabi kurban tunggangane

“umat nabi Muhammad mahal harganya,umat nabi muhammad mahal harganya”

“umat nabi muhammad kurban kendraannya, umat nabi muhammad kurban kendaraannya”

Nah ini adalah ciri umat nabi Muhammad yang terakhir. Dari nadom ini dijelasin kalo umat nabi Muhammad itu “kurban tunggangane”or “kurban kendaraannya”. (maksudnya?) maksud kendaraan di sini bukanlah kendaraan transportasi yang kita gunakan di dunia like ojek,becak, ks 4,angkot,dan temen-temennya. Kendaraan di sini adalah kendaraan untuk menyeberangi jembatan siratal mustaqim di akherat nanti. (o.. gitu). Para pembaca tentunya pernah mendengar kalo di akhirat nanti hewan yang kita kurbankan di dunia akan dijadikan alat transportasi buwat nyebrangin jembatan siratal mustaqim tadi kan?

Nah dari uraian tadi pembaca sudah termasuk kedalam umat Nabi Muhammad belum? kalo belum belajar terus ya (soalnya penulisnya juga belum termasuk, he..he..he..).Tapi kalo pembaca merasa sudah termasuk ke dalam kategori diatas maka ada sebuah nadom lagi buwat pembaca, yang merupaka janji AllAH pada kita semua.


Umat kanjeng nabi larang regane,umat kanjeng nabi larang regane

Umat kanjeng nabi ning surga panggonane, umat kanjeng nabi ning surga panggonane

“umat nabi Muhammad mahal harganya,umat nabi muhammad mahal harganya”

“umat nabi muhammad di surga tempatnya, umat nabi muhammad di surga tempatnya”

Jadi kalo pembaca sudah termasuk kedalam kategori umat Nabi Muhammad maka balasannya adalah surga (itu janji AllAH lo). Makanya mulai dari sekarang mari kita sama-sama belajar untuk menjadi umat Nabi Muhammad yang sesungguhnya ,bukan hanya nama doank oke!

Akhir kata penulis mohon maaf apabila dalam penulisan artikel ini ada yang tidak berkenan di hati. Penulis juga selalu menunggu kritik dan saran pembacauntuk memperbaiki artikel ini(kirim ke Ha.eM.smanis.gmail.com). The last (cu)

Wassalamualaikum wr wb